MEMBAHAS KASUS KEHILANGAN BAYI KARENA BUHUL SIHIR
Pada artikel sebelumnya di sini menjelaskan tentang rahasia kerja buhul sihir maka pada artikel ini saya akan mencontohkan akibat dari buhul sihir yang mengakibatkan seorang Ibu kehilangan bayinya.
Alhamdulillah Allah telah memberikan petunjuk pada saya untuk menemukan link di http://taufiq.staff.uii.ac.id/2010/11/25/kehilangan-bayi-dan-sihir/ pemiliknya bernama Taufik Hidayat seorang ikhwan salafyyin. Pada artikelnya menceritakan Ibu fulanah terkena sihir yang bersumber pada buhul yang tersimpan dalam tong dan dalam kisah beliau menjelaskan tanpa bu fulanah sadari dia telah berhasil mendapatkan petunjuk dari Allah melalui cara Istilham hingga mengetahui letak dimana disimpannya benda sihir yang menjadi stasiun transmitter penyebar sihir. tekhnik istilham ini sudah dikembangkan para peruqyah tekhniknya dalam mengetahui letak buhul sihir disimpan, yang Insya Allah akan tetap ditemukan walau disembunyikan dimanapun berada tempatnya (Jika Allah mengizinkan akan saya tulis tekhniknya, sekarang lagi tahap pengerjaan)
Berikut ini kisahnya :
Kisah ini bukan mistik dan saya ceritakan bukan untuk menakuti-nakuti pembaca blog. Tetapi hanya sebagai peringatan buat kita bersama, bahwa sihir memang benar-benar ada. Namun kita tidak perlu takut secara berlebihan dengannya. Tentu saja, ini harus dibarengi dengan memohon perlindungan Allah subhanahu wa ta’ala agar kita dilindungi dari sihir. Hanya Allah-lah yang bisa memberi perlindungan.
Sihir bisa mengenai siapa saja, baik yang percaya adanya sihir maupun tidak. Dan juga bisa mengenai siapa saja baik yang punya musuh maupun yang tidak punya musuh karena di luar diri kita, yang Insya Allah berusaha menjadi orang baik, masih ada orang yang berhati jahat, yang tega menggunakan segala cara untuk mendapatkan keinginannya. Termasuk menggunakan sihir. Kisah berikut menceritakan tentang serangan sihir terhadap seseorang dan alhamdulillah orang tersebut berhasil melepaskan diri dengan pertolongan Allah subhanahu wa ta’ala. Kisah ini benar-benar terjadi dan saya peroleh tidak dari kata orang, tetapi dari orang tersebut secara langsung. Tetapi untuk kerahasiaan, nama mereka saya samarkan.
Sebut saja Pak Fulan dan Bu Fulanah, isterinya. Mereka berasal dari Jawa Timur, tetapi saat ini tinggal di salah satu negara di Eropa. Beberapa bulan yang lalu, mereka mendapatkan kabar gembira tentang kehamilan Bu Fulanah dari dokter kandungan Bu Fulanah. Tidak seperti kehamilan-kehamilan dia sebelumnya yang hamil dan lahir di Indonesia, dia tidak mendapatkan obat-obatan (seperti obat anti-mual) kecuali vitamin. Karena itulah, saat ada perbedaan antara kehamilan sekarang dengan kehamilan yang dulu, mereka tidak merasa curiga.
Kehamilan saat ini bukan kehamilan anak pertama buat Bu Fulanah. Jadi Bu Fulanah sudah berpengalaman. Bu Fulanah bisa merasakan perbedaan dengan kehamilan sebelumnya. Untuk kehamilan saat ini, dia tidak bisa makan dan kalau dipaksakan dia akan muntah. Sebenarnya ini biasa untuk orang hamil. Demikian juga perasaan lemas yang dia rasakan adalah biasa, yang mungkin disebabkan oleh sedikitnya makanan yang bisa masuk ke perut. Perasaan lemas ini sangat berat sehingga Bu Fulanah tidak bisa melakukan kegiatan apa-apa. Pak Fulan dan Bu Fulanah tetap menganggap hal ini biasa dengan pikiran seandainya dokter kandungan mereka tidak memberi obat anti-mual untuk kehamilan-kehamilan sebelumnya, mungkin Bu Fulanah juga akan seperti ini.
Hingga suatu saat, karena tidak tahan dengan konidisi lemasnya, Bu Fulanah minta tolong temannya yang bekerja sebagai perawat untuk datang ke rumah. Baru saja teman itu masuk, Bu Fulanah pingsan. Selama berada di rumah Bu Fulanah, teman itu mendapati Bu Fulanah pingsan dua kali. Kesimpulan teman itu bahwa Bu Fulanah pasti sering pingsan. Hanya saja tidak ada yang mengetahui karena pada siang hari Bu Fulanah tinggal di rumah sendirian. Teman itu menyarankan agar segera periksa ke dokter kandungan Bu Fulanah.
Dengan diantar teman muslimah yang lain, Bu Fulanah memeriksakan diri ke dokter kandungan. Dia pun memperoleh berita bahwa bayi dalam kandungannya, yang seharusnya sudah berusia 3 bulan, tidak ada lagi. Kondisinya tetap lemas dan tidak bisa makan serta mual meskipun dokter tersebut sudah memberi obat anti-mual. Pak Fulan masih menganggap hal ini biasa karena mungkin disebabkan oleh rasa kehilangan terhadap bayi yang dikandungnya.
Karena Bu Fulanah masih merasa mual-mual, mereka belum yakin telah kehilangan bayi. Bu Fulanah pun memeriksakan diri ke dokter kandungan lain. Namun mereka mendapatkan berita yang sama. Dokter kandungan yang kedua menyarankan agar Bu Fulanah segera di-kuret.
Dua hari sebelum menjalani kuret, Bu Fulanah menceritakan mimpi yang aneh kepada Pak Fulan, yang dia alami 2 minggu sebelum mendapatkan berita kehilangan bayi mereka. Dalam mimpi itu Bu Fulanah dikejar-kejar seorang laki-laki yang menurut perasaan Bu Fulanah, laki-laki itu terkenal sebagai orang yang jenius. Bentuk laki-laki itu seperti gurita. Dalam mimpi, laki-laki itu ingin ikut Bu Fulanah, yang tentu saja ditolak oleh Bu Fulanah karena dia sudah punya suami. Akhirnya, laki-laki itu menyerah dan berkata bahwa dia akan tinggal di sebuah tempat (menurut Bu Fulanah adalah tong berisi air) dan dari tempat itu dia bisa selalu memandang Bu Fulanah. Bu Fulanah masih bisa mengingat detail laki-laki itu. Mungkin kalau Bu Fulanah bisa menggambar, dia mampu menggambarkan sosok laki-laki tersebut.
Bu Fulanah juga menceritakan bahwa akhir-akhir ini dia tidak mampu lagi membaca Al-Qur’an ataupun mendengarkan bacaan Al-Qur’an dari komputer seperti kebiasaan mereka. Kalau itu dia lakukan, dia merasakan panas di telinga dan nafas menjadi sesak. Bu Fulanah tidak menceritakan kedua hal itu sebelumnya karena malu dan takut. Apalagi mimpi itu berhubungan dengan laki-laki.
Mendengar kedua cerita itu, Pak Fulan merasakan ada hal-hal yang aneh. Apalagi kedua dokter kandungan tersebut juga tidak bisa menjelaskan penyebab keguguran. Kesimpulan mereka sementara adalah bayi itu tidak bisa berkembang wajar karena suatu penyakit. Tetapi dokter tersebut juga tidak mengetahui penyakitnya karena Bu Fulanah tetap dinyatakan sehat meskipun fisiknya lemah.
Pak Fulan menduga bahwa mungkin Bu Fulanah terkena sihir, terutama tentang sakitnya dia jika mendengarkan bacaan atau membaca Al-Qur’an. Pak Fulan pun berinisiatif untuk memandikan Bu Fulanah dengan daun bidara. Mandi daun bidara adalah salah satu bentuk rukyah (penyembuhan sakit secara Islam). Setelah mandi, Bu Fulanah kembali merasakan panas di sekitar telinga. Bu Fulanah juga merasakan sesak nafas (merasa ada barang berat yang menekan dada Bu Fulanah) saat Pak Fulan mencoba merukyah dengan bacaan-bacaan Al-Qur’an. Semakin lama, semakin sakit. Bu Fulanah juga berkata bahwa laki-laki itu menatap Bu Fulanah dengan tajam dari atas tong saat itu.
Karena tidak tega dengan sakit yang dirasakan Bu Fulanah, Pak Fulan pun menghentikan rukyahnya. Keesokan harinya, Pak Fulan teringat dengan tulisan yang dia baca beberapa puluh tahun yang lalu. Tulisan itu mengatakan bahwa di daerah tertentu di Indonesia, ada orang yang memelihara jin yang berbentuk kepala manusia tanpa tubuh dengan usus terburai. Ciri-ciri jin ini cocok dengan gambaran laki-laki di mimpi Bu Fulanah, yang menurut Bu Fulanah seperti gurita. Pak Fulan semakin yakin bahwa ada sihir dengan bantuan jin dikirim ke isterinya.
Teman di Indonesia yang mereka telepon mengatakan bahwa dilihat dari ciri-cirinya kemungkinan besar Bu Fulanah memang terkena sihir. Dia juga mengatakan bahwa proses rukyah seperti itu tidak boleh dihentikan meskipun merasakan sakit. Hal itu bisa menyebabkan jin yang membantu sihir itu bisa semakin kuat. Teman itu juga menyarankan mereka agar semakin tekun sholat tahajud agar Allah subhanahu wa ta’ala menunjukkan letak buhulnya sehingga buhul itu bisa dihilangkan. Buhul adalah media yang dipakai oleh tukung sihir untuk mengirimkan sihirnya. Biasanya buhul akan ditempatkan di tempat sekitar korban. Bisa dikatakan buhul ini adalah petunjuk yang ditempatkan oleh tukang sihir agar jin mengetahui calon korban sihir dan tempatnya.
Memikirkan kata teman itu, Pak Fulan merasa bahwa buhul itu tidak di tempat mereka saat ini tinggal, yaitu di Eropa, tetapi berada di Indonesia. Kemungkinan besar di rumah orang tua Bu Fulanah. Alhamdulillah, Allah pun membukakan tabir buhul itu. Kemungkinan besar buhul itu di tong seperti di mimpi Bu Fulanah. Saat ditanya, Bu Fulanah pun menjawab bahwa memang ada sebuah tong yang terletak beberapa meter di sebelah kanan rumah orang tua Bu Fulanah. Dengan membayangkan bentuk rumah mertuanya, Pak Fulan mengira-ngira bahwa melalui jendela kaca, tong itu tepat menghadap foto Bu Fulanah yang dipasang di dinding ruang keluarga dalam rumah. Dan ini cocok dengan apa yang dikatakan laki-laki di mimpi Bu Fulanah itu bahwa di tong itu dia akan bisa memandang Bu Fulanah. Tetapi Pak Fulan masih sedikit ragu karena sudah lebih dari 2 tahun mereka tidak mengunjungi rumah orang tua Bu Fulanah.
Saat hari operasi, rencana kuret pun batal karena pihak rumah sakit melihat kondisi Bu Fulanah yang lemas. Pihak rumah sakit juga memeriksa ulang kehamilan Bu Fulanah. Mereka mendapatkan berita yang ketiga kalinya tentang hilangnya bayi dalam kandungan Bu Fulanah.
Mau tidak mau, kondisi Bu Fulanah harus dipulihkan agar bisa menjalani operasi, yang direncanakan 2 hari setelah itu. Kalau tidak pulih, ada 2 kemungkinan yang masing-masing beresiko. Kemungkinan pertama, operasi dibatalkan, yang berarti membiarkan sisa-sisa kehamilan berupa darah berada di tubuh. Ini bisa menjadi racun buat tubuh atau bisa mengakibatkan kanker. Kemungkinan kedua, operasi tetap dijalankan dengan segala resikonya.
Karena yakin kondisi Bu Fulanah disebabkan pengaruh sihir dan tidak ada obat yang diberikan oleh dokter karena memang secara laboratoris kondisi kesehatan Bu Fulanah adalah normal, mereka akan melakukan rukyah. Setelah sholat Maghrib Pak Fulan melakukan rukyah lagi dengan membaca Al-Qur’an atau memutar bacaan Al-Qur’an lewat handphone. Kali ini pun, Bu Fulanah juga merasakan sesak nafas yang sangat berat. Bahkan Bu Fulanah sudah tidak mampu mengucapkan sepatah kata pun. Dengan menabahkan hati, Pak Fulan berusaha untuk tidak menghentikan rukyah.
Atas kehendak Allah, dalam kondisi yang sangat kritis, Bu Fulanah menulis pesan kepada Pak Fulan lewat secarik kertas. Dia yakin bahwa analisis suaminya tentang buhul adalah tepat. Bu Fulanah menyarankan Pak Fulan agar menelpon ayah Bu Fulanah dan meminta agar foto-foto Bu Fulanah dicopot, air di tong ditumpahkan, dan tong itu dibakar.
Dengan menepis kebimbangan apakah mertuanya akan percaya atau tidak, Pak Fulan menelpon mertua laki-lakinya itu meskipun di Indonesia jarum jam menunjukkan waktu antara jam 12 sampai jam 1 malam. Setengah memaksa, Pak Fulan meminta mertuanya itu agar melepas semua foto Bu Fulanah yang menjadi kebanggaannya (karena itu adalah foto Bu Fulanah saat wisuda S1 dan saat resepsi pernikahan). Pak Fulan juga meminta menumpahkan tong meskipun mertuanya berkata bahwa tidak ada air di dalam tong karena tong itu digunakan untuk menyimpan pasir dan semen. Dia berjanji akan melakukan saat itu juga kecuali membakar tong yang akan dia lakukan pagi harinya.
Setelah beberapa saat, Pak Fulan mendapati kondisi Bu Fulanah menjadi membaik. Dalam waktu beberapa menit, Bu Fulanah sudah bisa bernafas dengan lancar dan sudah bisa bicara. Tetapi proses rukyah mereka lanjutkan. Bu Fulanah pun bercerita bahwa saat ini dia sudah tidak bisa membayangkan laki-laki itu. Tetapi dia masih bisa merasakan kehadiran laki-laki itu di tong. Bu Fulanah pun meminta suaminya untuk menelpon orang tuanya lagi agar menumpahkan air di tong meskipun suaminya sudah berkata bahwa tidak ada air di tong.
Untuk kedua kalinya, Pak Fulan menelpon mertuanya malam itu. Subhanallah, di telpon kedua ini mertuanya berkata bahwa dia sudah mencopot foto-foto Bu Fulanah dan dia juga sudah mencoba menumpahkan tong, yang ternyata ada airnya, seperti mimpi Bu Fulanah. Padahal beberapa menit yang lalu dia berkata bahwa tong itu hanya berisi pasir dan semen. Tetapi dia belum bisa menumpahkan tong itu karena tidak kuat. Selain dia sudah cukup tua, tong itu juga sudah dibuat semi permanen. Dia harus menunggu besok pagi untuk meminta bantuan orang-orang.
Saat itu juga Bu Fulanah sudah sehat, namun masih merasakan kehadiran laki-laki itu di tong. Malam itu untuk pertama kalinya dalam 3 minggu terakhir, Bu Fulanah bisa sholat dengan berdiri. Sebelumnya Bu Fulanah hanya bisa sholat dengan duduk dan meng-qoshor sholat-sholat yang 4 rakaat. Meskipun sudah seperti itu, Bu Fulanah merasa lemas dan tidak berdaya setelah menjalankan sholat. Namun malam itu, Bu Fulanah sholat dengan berdiri dan bisa menjalankan sholat tahajud 7 rakaat, masya Allah.
Keesokan paginya, waktu Indonesia barat, Pak Fulan mengingatkan mertuanya untuk menumpahkan tong. Setelah ditunggu beberapa saat, Bu Fulanah sudah tidak merasakan kehadiran laki-laki itu di tong lagi. Namun, dia melihat ada benda bulat berwarna hitam sebesar kepalan tangan tergeletak di sebuah genangan air. Pak Fulan pun menelpon mertuanya kembali dan meminta agar membakar semua yang tersisa dari genangan air tumpahan tong. Beberapa saat kemudian, Bu Fulanah tidak merasakan keberadaan benda bulat hitam itu.
Keesokan harinya, Bu Fulanah bisa menjalankan operasi kuretnya. Dan alhamdulillah, berlangsung lancar.
Semoga kisah ini menjadikan pelajaran buat kita agar berhati-hati dengan sihir dan selalu meminta perlindungan Allah subhanahu wa ta’ala. Juga mengingatkan pembaca agar tidak menggunakan sihir. Mungkin sihir pembaca berhasil. Tetapi resiko menggunakan sihir bukanlah resiko yang kecil, yaitu tinggal di neraka selama-lamanya. Kata-kata sederhana dari seorang Ustadz ini mungkin bisa mengingatkan orang-orang yang suka menggunakan sihir: “Para jin yang membantu sihir itu tidak menginginkan balasan dari pengguna sihir berupa harta atau jabatan. Yang mereka inginkan hanyalah agar pengguna sihir itu menjadi teman mereka di neraka“.
lihat lanjutannya disini
lihat lanjutannya disini
0 Response to "MEMBAHAS KASUS KEHILANGAN BAYI KARENA BUHUL SIHIR"
Post a Comment