Blog Orang IT

Terjemahkan

Hati-Hati, Renungan Bisa Jadi Pintu Masuk Setan

Alhamdulillah, Allah masih memberikan kekuatan dan kesempatan pada jemari ini untuk berbagi pengalaman melalui tulisan. Semoga bermanfaat bagi jiwa dahaga yang membutuhkan.

Bismillah.. Banyak kita jumpai hampir setiap kegiatan seperti perkemahan, pengkaderan organisasi, masa orientasi siswa, ospek atau pengenalan kehidupan kampus (PKK) tidak lepas dari materi renungan.

Sadarkah kita bahwa renungan ini bisa menjadi pintu masuk jin ke dalam jasad manusia? Loh kok bisa?

Tanpa kita sadari kasus kesurupan massal kerap terjadi dan kita jumpai dalam kehidupan sehari hari. Kebanyakan dialami buruh pabrik dan anak sekolah, kebanyakan yang terkena adalah para wanita yang berjiwa lemah. Selain itu, apa saja faktor penyebab atau pemicunya?
Marah berlebihan, sedih berlebihan, senang berlebihan, masuk ke ruangan kosong tanpa berzikir atau doa. Itulah pintu-pintu masuknya jin jahat. Lalu apa hubungannya dengan renungan?

Kasus kesurupan umumnya dialami oleh orang yang berjiwa lemah. Tatkala seseorang yang jiwanya lemah dan labil sedang ditimpa kesulitan , tekanan hidup , kecewa, cemas , benci, amarah dan kesedihan yang amat sangat , disitulah syetan dari golongan jin yang banyak berkeliaran disekitarnya memiliki kesempatan untuk merasuk kedalam tubuh manusia. Ada pula karena manusia lalai dari mengingat Allah alias kosong pikiran. Kemungkinan kosong pikiran ini terjadi ketika seseorang dihipnotis dan ketika menyimak renungan tentang orangtua, bisa membuat seseorang cemas dan sedih yg amat sangat.

DI sinilah berbahayanya sebuah renungan, karena sebelum di mulai renungan biasanya pemateri akan melakukan relaksasi dengamn kalimat2 hipnotrapi bahkan pengosongan pikiran, membawanya kea lam bawah sadar dan menghayal, mengajaknya mengingat masa lampau, kemudian memberikan sugesti dengan hal-hal yang menyedihkan, kesedihan yang amat berlebih itu mencapai puncaknya ketika memasuki tentang orangtua.

Mungkin tujuannya bagus, agar objek ingat kesalahannya dengan orangtua dan kemudian mmotivasinya agar berbakti kepada orangtua. Tapi sadarkah kita bahwa hal itu dapat memicu masuknya jin ke jasadnya, apalagi jika ia lupa kepada siapa seharusnya ia bersyukur. Katika ia lupa, siapa yang sebenarnya yg menciptakannya, menciptakan orang yang melahirkannya, kepada yang Maha Kasih Sayang, yang menanamkan rasa kasih sayang pada orangtuanya.

Semantara keadaan terlemah manusia adalah saat dia lupa dengan Tuhannya. Renungan juga bagian dari hipnotis, hanya komposisinya yg berbeda. Tidak masalah dilakukan selama tidak bertentangan dengan Firman Allah dalam QS Ali Imran:191.

Maka jangan sampai kita membuat objek pulang ke rumah membawa oleh-oleh jin di jasadnya. Yang ada, bukannya berbakti pada orangtua malah jauh dari agama. Berhati-hatilah ketika objek menangis hingga pinsan, terasa pusing, atau sakit perut setelah mengikuti renungan. Banyak saya temukan bahwa itu adalah tanda jin telah masuk ke jasadnya.

Maka dari itu, dalam melakukan renungan sebaiknya tidak menjadikan orangtua sebagai puncak dari renungan. Jangan berpikir bahwa renungan adalah untuk membuat orang menangis. Tidak perlu juga melakukannya di tempat gelap apalagi menyeramkan, seperti di tengah lapangan. Keberhasilan renungan atau tolak ukurnya adalah ketika ia lebih dekat dengan Tuhannya, itulah yg disebut dengan Muhasabah. Karena sejatinya renungan bukan untuk membuat orang menangis, tapi menyadarkannya pentingnya hidup dan berbakti pada orangtua, dan puncaknya adalah tauhid kepada Allah yang Maha Menciptakan, Maha Pengasih lagi Penyayang.

Allah telah mengingatkan kita tentang ancaman bagi mereka yang mencintai sesuatu melebihi cinta Kepada Allah. “Katakanlah: “Jika bapak-bapa, anak-anak, sudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yg kamu usahakan perniagaannya, yg kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yg kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di JalanNya, maka tunggulah sampai Allahmendatangkan keputusanNya, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik” (TQS At-Taubah:24)

Sebagai Pembina Pramuka saya bahkan pernah menghentikan renungan yg dilakukan oleh seorang Pembina lainnya yang berlebihan dalam memberikan sugesti tentang orangtua, hingga mmbuat objek menjerit-jerit. Ini bisa menjadi pemicu masuknya jin ke dalam tubuh manusia, lantaran ia merasa takut kehilangan orangtua, sedih yg berlebihan, dan lupa dengan Sang Khaliq.

Dalam melakukan renungan, ketika terdengar isak tangis, saya langsung mengalihkan sugesti agar ia dzikrullah, mengingat Allah. Kalimat yg saya gunakan “Siapa yang sebenarnya kalian rindukan? Ibu kalian atau kasih sayangnya? Jawab!” Kalimnat ini adalah pembuka yang biasa saya gunakan untuk mengembalikannya pada tauhid. “Jika ibu yang kalian rindukan, jika ayah yang kalian rindukan, ketahuilah, mereka hanyalah jasad, kullun nafsin jaa iqotul maut, setiap yang bernyawa pasti akan mati. Tapi jika kasih sayangnya yang kalian rindukan, maka akan selalu ada, meskipun jasadnya telah tiada”.

“Jadi siapa yg kalian rindukan? Jawab!”
“Kasih sayangnya” Jika objek menjawab demikian, maka kesedihan itu akan dapat diredam. Maka selanjutnya yang harus dilakukan adalah mengarahkannya pada puncak renungan, yaitu kembali ke Tauhid.

“Jika kasih sayangnya yang kalian rindukan, siapakah yang Maha Kasih Sayang? Jawab!” ulangi terus hingga objek menjawab Allah. Di sinilah renungan yang sesungguhnya, dan akan terlihat jelas, mana hati yang keras yang selama ini jauh dari Allah. Menangis karena orangtua (dunia) adalah suatu kelemahan, sedang menangis karena ingat Allah, akan menjadikannya kuat. Sebagaimana Umar yang sangat takut kepada Allah hingga setan pun takut dengannya.

tangisan ini, timbul karena takut kepada Allah, bergetar hatinya karena nama Allah disebut dan berguncang jiwanya ketika mengingat maksiat dan dosa yang ia lakukan, oleh karena itu inilah tangisan keimanan, tangisan kebahagiaan dan tangisan hanifnya jiwa.
Namun pada tahap ini, tidak semua jiwa yg mendengarkannya menangis, seperti halnya ketika ia diingatkan tentang dunia. Hal itu bukan karena mata yang buta, bukan telinga yang tuli, tapi hati di dalam dada yang buta.

Allah Ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka karenanya dan hanya kepada Rabb mereka, mereka bertawakkal.” (QS. Al-Anfal: 2)

Nikmat Allah mana lagi yg engkau dustakan? Allah menjamin bahwa orang yang beriman dan bertawakkal pada Allah maka syetan tidak punya kekuatan untuk mencelakainya sebagaimana disebutkan pada surat an Nahl yat 99 -100, syetan hanya bisa mencelakai orang yang takut padanya, lalai dari zikrullah, dan menyekutukan Allah.

Kemudian, hendaknya pemateri renungan juga mekakukan ruqyah dengan tujuan mengusir kemungkinan adanya setan yang masuk ke jasadnya, dengan mengintruksikan objek mencari pasangan dan melantunkan azan ke telingan pasangannya secara bergantian. Hal ini seperti yg dilakukan oleh lembaga training ESQ yg pernah saya ikuti.

Demikian, apa yg saya sampaikan berdasarkan pengalaman dan pengamatan, tidak mutlak benar, karena kebenaran mutlak milik Allah. Apa yg baik datang dari Allah, yg buruk dari saya pribadi, mohon dimaafkan.
Wallau’alam. 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Hati-Hati, Renungan Bisa Jadi Pintu Masuk Setan"

Post a Comment